1. 1. Definisi & Karakteristik

Kecemasan tidak selalu memiliki asosiasi dengan hal-hal spesifik seperti pada diri, situasi atau peristiwa tertentu, sebagai pusat atau sumber dari gangguan itu sendiri sedangkan pada generalized anxiety disorder tidak ada sumber yang jelas dari kecemasannya. Kecemasan digeneralisasi dalam setiap kejadian dalam tiap harinya.
Penderita generalized anxiety disorder menganggap kekhawatiran mereka sebagai sesuatu yang tidak dapat dikendalikan (Ruscio, Borkovek, & Ruscio, 2001). Usaha mereka untuk mengendalikan kecemasan biasanya gagal dan biasanya menderita sejumlah simptom baik fisik maupun psikologis yang mempengaruhi aspek sosial, pekerjaan dan fungsi kehidupan secara umum. Mereka mudah merasa sering tidak berdaya dan sering berada dalam situasi tertekan dan suli berkonsentrasi. Sering merasakan ketegangan yang sangat besar yang membuat mereka tidak dapat berfikir, pada mala harinya sulit untuk tidur, atau sulit untuk tetap tidur atau meskipun tidur, tidak merasakan kepuasan dari tidurnya. Pada siang hari mereka merasa kelelahan, mudah marah dan tegang. Kekhawatiran seorang dengan generalized anxiety disorder dapat dialami selama bertahun-tahun. Pada kenyataannya individu dengan gangguan ini menyatakan mereka tidak pernah tidak merasakan ketegangan dan kecemasan setiap harinya. Dan orang lain cendrung melihat mereka sebagai individu yang pesimis.
Kekhawatiran yang paling sering dirasakan adalah mengenai kesehatan mereka dan masalah sehari-hari, seperti terlambat menghadiri pertemuan atau terlalu banyak pekerjaan yang harus dikerjakan. Ketikan gangguan ini terjadi pada anak-anak ketakukan dan kecemasan yang mereka rasakan biasanya berhubungan dengan prestasi di sekolah. Gangguan ini memengaruhi 8,3% dari populasi dan biasanya terjadi pada wanita (Kendler.dkk,..2005). pada populasi yang lebih umum. Rasio jenis kelamin, kira-kira dua pertiganya adalah wanita; pada kondisi klinis, 55 hingga 60 persen klien yang mendapatkan diagnosis dengan kondisi ini adalah wanita (APA, 2000). Sebgianbesar terjadi pada individu yang berusia masih sangat muda, tetapi peristiwa yang menimbulkan stress ketika individu berada pada masa dewasa dapat menyebabkan munculnya simptom ini.
Karakteristik Generalized Anxiety Disorder DSM –IV – TR :

  1. a. Mengalami kecemasan yang berlebihan dan perasaan cemas yang sering muncul selama enam bulan. mempemgaruhi berbagai aktivitas atau situasi seperti sekolah atau pekerjaan.
  2. b. Kekhawatiran, kecemasan dan simptom fisik lainnya yang berhubungan menyebabkan stress yang signifikan atau ketidakmampuan
  3. c. Merasa kesulitan dalam mengendalikan perasaan cemas
  4. d. Kecemasan dan kekhawatiran mereka diasumsikan sekurang-kurangnya dengan tiga hal berikut :
    1. i. Gelisah
    2. ii. Mudah merasa lelah
    3. iii. Sulit berkonsentrasi
    4. iv. Mudah marah
    5. v. Otot yang tegang
    6. vi. Gangguan tidur
  5. e. Fokus kecemasan dan kegelisahannya tidak termasuk dalam fokus yang diutamakan pada pada Axis I; kegelisahan dan kecemasannya bukan mengenai serangan panik (panic disorder), malu dengan masyarakat (seperti school phobia), tidak termasuk dalam obsessivec ompulsive disorder, tidak terfokus pada menjauh dari keluarga atau kerabat lain seperti pada separation anxiety disorder, tidak terfokus pada berat badan seperti anorexia nervosa atau bulimia nervosa atau memiliki penyakit serius seperti pada hypochondriasis, and bukan termasuk dalam posttraumatic stress disorder (PTSD) .
  6. 2. Etiologi
    1. a. Perspektif Sosiokultural

Penting untuk dapat memahami peran faktor sosiokultural dalam generalized anxiety disorder, stress hidup dapat menjadi dasar meningkatkan kecendrungan individu mengalami kecemasan kronis secara signifikan. Stress hidup tersebut dapat berupa bermacam-macam dari berbagai hal.

  1. b. Perspektif Psikoanalisis

Teori Psikoanalisis berpendapat bahwa sumber gangguan kecemasan menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder) adalah konflik yang tidak disadari antara ego dan impuls-impuls id. Impuls-impuls tersebut biasanya bersifat seksual atau agresif, berusaha untuk mengekpresikan diri namun ego tidak membiarkannya, karena tanpa disadari merasa takut terhadap hukuman yang akan diterima. Sumber kecemasan yang sebenarnya yaitu hasrat-hasrat yang berhubungan dengan impuls-impuls id yang selalu berusaha untuk mengekpresikan diri. Namun tidak ada pengalihan dari hasrat-hasrat tersebut melalui suatu objek atau situasi, sehingga tidak adanya suatu pertahanan dan hal ini menyebabkan seorang yang menderita generalized anxiety disorder selalu merasa cemas.

  1. c. Kognitif Behavioral

Pemikiran utama menurut Kognitif Behavioral tentang generalized anxiety disorder adalah gangguan tersebut disebabkan oleh proses-proses berpikir yang menyimpang. Orang-orang yang menderita generalized anxiety disorder seringkali salah mempersepsikan kejadian-kejadian biasa (seperti menyebrang jalan) sebagai hal yang mengancam dan kognisi mereka terfokus pada antisipasi berbagai bencana pada masa mendatang (Beck dkk., 1987; Ingram & Kendall, 1987; Kendall & Ingram, 1989). Perhatian penderita generalized anxiety disorder mudah terarah pada stimuli yang mengancam (Mogg, Millar & Bradley 2000; Thayer dkk.,2000). Terlebih lagi pasien generalized anxiety disorder lebih terpicu untuk mengartikan suatu stimuli yang tidak jelas sebagai sesuatu yang mengancam dan menilai berbagai kejadian yang mengancam lebih mungkin terjadi pada mereka (Butler & Mathews, 1983).

  1. d. Perspektif biologis

Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa generalized anxiety disorder memiliki komponen biologis. Generalized anxiety disorder sering ditemukan pada orang-orang yang memiliki keluarga dengan penderita gangguan ini. Pada penelitian anak kembar, ditemukan kemungkinan yang lebih tinggi terjadi pada kembar identik(Monozygote) dibanding kembar tidak identik (Dyzygote). Model neurobiologi menjelaskan generalized anxiety disorder dapat disebabkan oleh kerusakan dalam sistem GABA (gamma-aminobutyric). Sistem GABA merupakan neurotransmitter penghambat kecemasan, sehingga kerusakan pada sistem GABA menghasilkan suatu kecemasan yang tidak dapat dikendalikan.

  1. e. Perspektif Humanistik

Carl Rogers menjelaskan generalized anxiety disorder sebagai suatu kurangnya penerimaan terhadap terhadap penghargaan yang tidak positif dari orang lain yang memilii arti bagi dirinya. Sehingga seorang menjadi terlalu kritis dengan dirinya sendiri dan perkembangan nilai dirinya.

  1. 3. Kasus

Irene adalah seorang mahasiswa berusia 20 tahun dengan kepribadian yang dikenal baik namun tidak memiliki banyak teman. ia datang ke klinik mengeluhkan kegelisahannya yang berlebihan dan kesulitan dan mengendalikan dirinya. segalanya terlihat sebagai suatu bencana bagi Irene. Walaupun ia memiliki prestasi akademik dengan angka 3,7 ia selalu merasa khawatir bahwa ia akan gagal dalam ujian. Sehingga sebagai bentuk ketakutannya ia selalu mengulang materi yang telah ia pelajari berkali-kali, karena ia khawatir suatu saat ia akan lupa dan tidak mengerti dengan materi tersebut.
Irene tidak hanya khawatir dengan sekolahnya. ia juga khawatir tentang hubungan nya dengan pasangannya. Dimanapun saat ia berada dengan kekasihnya, ia merasa cemas dan takut berbuat suatu hal yang bodoh dan membuat ketertarikan pasangnnya hilang padanya.
irene juga memperhatikan masalah kesehatannya. ia memiliki penyakit hipertensi minor, mungkin hal ini karena badannya yang agak terlalu gemuk. Hal ini membuat Irene melihat daging seperti sebagai suatu ancaman kematian yang tidak boleh dimakan. ia enggan untuk mengukur tekanan darahnya karena ia takut akan hasilnya yang menurutnya pasti sangat tinggi dan ia tidak menurunkan berat badannya. Irene membatasi porsi makannya dengan sungguh-sungguh, sehingga ia juga pernah berperilaku binge eating (dengan sengaja memuntahkan makanan yang telah dimakan). Irene juga terkadang mengalami serangan panik tiba-tiba, namun ini bukan hal yag utama yang terlihat dari dirinya. Irene juga sering cemas akan kemungkinsn terjadinya suatu musibah atau bencana alam.

  1. 4. Prevensi
    1. a. Prevensi Sekunder

Dapat digunakan CBT (Cognitive behavioural therapies) (Borkoves dan Ruscos, 2001) yang mengarahkan klien blajar untuk mengendalikan pikiran yang menimbulkan kecemasan, mencari alternatif bentuk kecemasan lain yang rasional, dan mengambil tindakan untuk menguji alternatif tersebut. Penekanannya adalah menghentikan siklus pikiran dan kecemasan negatif. Jika siklus ini telah putus, maka individu dapat mengembangkan kemampuan untuk mengendalikan prilaku cemas dan semakin pandai dalam mengatur serta mengurangi pikiran yang menimbulkan kecemasan. Pada keadaan tertentu, terapi ini dapat dikombinasikan dengan latihan relaksasi.

  1. 5. Terapi

Selain dapat menggunakan CBT, dapat juga menggunakan obat-obatan sebagai pendkatan biologis. Anxiolytic dapat digunakan untuk generalized anxiety disorder (juga sering digunakan pada gangguan phobia tau gangguan kecemasan lainnya). Obat-obatan terutama yang dapat digunakan adalah benzodiazepin, seperti Valium dan Xanax, juga buspirone (BuSpar), seringkali digunakan karena pervasivitas gangguan. Setelah diminum, obat tersebut akan bekerja selama beberapa jam dan dapat menurunkan gejala kecemasan dari penderita. Sejumlah studi double blind menegaskan bahwa obat-obatan tersebut memberi lebih banyak manfaat dibandingkan placebo (Apter & Allen, 1999). Beberapa studi menunjukkan efektivitas beberapa antidepressan tertentu dari jenis tricyclic dan SSRI (Pollack dkk., 2001; Roy-Byrne & Cowley, 1998).
Terdapat beberapa efek samping dari obat-obatan tersebut mulai dari mengantuk, kehilangan memori, depresi, hingga ketergantungan fisik serta kerusakan organ-organ tubuh. Selain itu jika pasien tidak meminum obat manfaat yang diperoleh biasanya akan hilang.
Sumber :

  1. 1. Abnormal Psychology (Fifth edition) – Gerald C Davidson & John M. Neale. Halaman 147
  2. 2. Abnormal Psychology:Clinical Perspectives on Psychological Disorders – Richard. P Halgin & Susan Krauss Whitbourne. Halaman 211
  3. 3. Abnormal Psychology;An Integrative Approach – David H. Barlow & V. Mark Durand. Halaman 127